Tuesday, April 18, 2017

0818597166 HENK NGANTUNG GUBERNUR DKI YANG JUGA SEORANG SENIMAN


HENK NGANTUNG GUBERNUR DKI YANG JUGA SEORANG SENIMAN

Henk Ngantung adalah seorang pelukis terkenal yang punya spesialisasi di dekorasi urban. Dia dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Maret 1921 dan salah satu orang tuanya berasal dari Tomohon , Minahasa. Henk menyelesaikan pendidikan dasar di sekolah Belanda tetapi tidak melanjutkan sekolahnya karena orang tuanya bukan dari kalangan berada. Henk belajar melukis secara otodidak dan berkembang menjadi pelukis terkemuka dijamannya.
Henk Ngantung menjadi gubernur terakhir yang mengabdi pada Sukarno. Dia terpilih  bukan karena seorang prajurit maupun politikus untuk menjadi pemimpin DKI . Dia terpilih karena kapasitasnya sebagai seniman dan cita rasa Sukarno yang tinggi terhadap seni dan visi urban Sukarno yang hendak menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Henk punya pengalaman sebagai deputi gubernur Sumarno sebelumnya. (Christo Silver , p96) Posisi Henk Ngantung merupakan tanda kepedulian Sukarno terhadap perancangan kata sebagai ibukota yang vital bagi negara seperti yang dikatakan oleh Bousquet bahwa jika Batavia (Jakarta) tidak menunjukkan imaji dirinya melalui sejarah dan fungsinya , apalagi yang hendak ditampilkan ? 

Jakarta sebagaimana halnya ibukota diseluruh dunia , punya peran simbolik dan pemaknaan dalam dirinya , termasuk juga menjadi sebuah kota seni sebagaimana kapasitas yang dimiliki oleh Henk Ngantung.  Henk pernah berusaha mencegah perintah Sukarno untuk merubuhkan Tugu Proklamasi . Henk menawarkan Sukarno untuk membuatnya menjadi Museum Sukarno. Sukarno menjawab dengan marah . “Are you too among those people who would like to exhibit my boxer-shorts?”
Tugu Nasional dibangun untuk menjadi fitur khusus dari Jakarta setelah sebuah blueprint dari Henk Ngantung yang waktu itu menjadi deputi gubernur. Sukarno telah memutuskan bahwa tugu yang berada di jalan Pegangsaan Timur bukanlah Tugu Nasional melainkan Tugu Linggajati (Tugu Proklamasi) dan harus dihancurkan. (Suluh Indonesia , 28 Oktober 1960 )
Rancangan Tugu Nasional melalui proses sayembara yang melibatkan 222 arsitek , seniman dan insinyur . Ide membangun Monumen Nasional sudah muncul sejak awal kemerdekaan. Komite khusus dibentuk pada bulan September 1954.  54 proyek dikirim ke komite khusus. Juri yang dipimpin Sukarno , meminta tiga perancang  , Fritz Silaban , Nur Alamsjah , dan Kwee Hin Goan[2] untuk memasukan rancangan baru.  Pada tanggal 20 April 1956 , Silaban menjadi pemenang kedua sedangkan Nur Alamsjah dan Kwee berbagi di posisi ketiga.[3] Sukarno kemudian merombak komite khusus dan dibulan Mei 1960 , kontes kedua berlangsung kembali. Sukarno dan Henk Ngantung sebagai salah satu juri dari sembilan juri. Hasil dari kontes kedua ini lebih buruk dari tahun 1956, Tidak ada yang menjadi pemenang pertama dan kedua walaupun 136 proposal diajukan. 

Henk Ngantung adalah seorang seniman realis (sosialis) menurut Rosihan Anwar . Dimasa pendudukan Jepang , Henk Ngantung bersama seniman lain seperti Soedjojono , Soedjana Kerton , Affandi adalah seniman  yang karyanya punya watak demokrasi dan mengangkat penderitaan , kesengsaraan dan kemiskinan rakyat. 

Dimasa Jepang ini , mata Sukarno yang sangat apresiatif terhadap lukisan ini tertuju pada sebuah lukisan yang diadakan oleh Keimin Bunka Sidosho. Bung Karno menatap sebuah lukisan yang menggambarkan orang-orang yang sedang latihan memanah yang merupakan karya Henk Ngantung.  Bung Karno mengomentari karya Henk sebagai lukisan yang bagus dan sebuah simbol bangsa Indonesia yang terus dan terus bergerak maju. “Paulatim longius itur!” kata Bung Karno . Seusai pameran , Bung Karno diam-diam mengunjungi studio Henk Ngantung dan hendak membeli salah satu lukisan Henk.  Henk sempat menolak dengan mengatakan lukisan tersebut belum rampung dan perlu seorang model untuk menyelesaikannya. Presiden pertama Indonesia ini memang memiliki cita rasa seni dan menyanggupi untuk menjadi modelnya. Tidak berapa Henk menyelesaikan lukisannya dan Bung Karno segera memamerkan koleksi terbaru kebanggaannya kepada rekan-rekannya.

Pada masa perjuangan , Henk Ngantung bersama dengan pelukis seangkatannya tampil dengan jati diri dan gaya pengucapan yang khas dengan seni lukis yang dominant pada waktu itu yang bergaya realisme kerakyatan Selain sebagai pelukis , Henk Ngantung juga merancang berbagai hal dari logo sampai patung. Patung Selamat Datang karyanya bisa kita lihat di jantung kota Jakarta .
Menjelang Asian Games 1962 , Indonesia meluncurkan 24 perangko yang dipublikasi dari Maret sampai Agustus 1962 . Perangko ini mencakup fitur-fitur utama Jakarta seperti Hotel Indonesia rancangan arsitek Denmark , Arne Sorensen , sebuah hotel multi lantai pertama di Indonesia.  Fitur lainnya adalah karya Henk Ngantung , Patung Selamat Datang dengan nilai perangko 20 rupiah , karya Henk ini menjadi fitur perangko termahal diantara seri perangko lainnya. Menunjukkan patung , seorang pria dan wanita yang menawarkan bunga . Rancangan Henk ini menjadi pusat perhatian di tengah arus lalu lintas yang menghubungkan kawasan Thamrin dan Hotel Indonesia.  Henk dalam rancangannya bermaksud agar rakyat Indonesia menyambut masa depan mereka..
Karya lainnya Henk adalah Tugu Irian Barat dimasa konflik Indonesia dengan Belanda berkaitan dengan isu Papua Barat. Tugu Irian Barat menunjukkan seorang pria yang memutuskan rantainya , berukuran setinggi 36 meter . Dalam karya ini Henk berkerja bersama Edhi Sunarso dan Silaban sebagai arsitek. 

Patung karya Henk dan Edhi Sunarso ini tidak saja memberikan ritme terhadap perspektif kota , atau mengindikasi hubungan antar jalan , tapi mempercepat pemulihan territorial. Patung ini menjulang tinggi di kawasan Banteng , figure tahanan memutuskan rantai di tubuhnya dan mengeksplorasi area sekitar dan siap tinggal landas. 

Patung Irian Barat ini merupakan monument vertical yang kongruen dengan metafora Sukarno bahwa Indonesia menaiki angkasa , konsep dirgantara , dan untuk menaklukan angkasa . Patung ini juga berdekatan dengan markas AU . Design patung ini tidak direproduksi di perangko karena membutuhkan waktu lama untuk penyelesaiannya dan baru tuntas di bulan Oktober 1965 , nyaris bersamaan dengan kemelut politik pasca G30SPKI.
 Henk Ngantung berakhir tragis saat Suharto naik kekuasaan dan disingkirkan dari posisinya , sementara Hendra  yang merupakan pelukis segenerasinya dipenjara , aliran realis dibubarkan. .Henk kena stigma sebagai anggota PKI karena pernah menjadi anggota LEKRA. Henk jatuh dari posisinya dalam keadaan sulit dan harus menjual rumahnya di pusat kota untuk pindah ke kawasan pinggiran. 

Di masa Sukarno , Henk menikah dengan Evie Misesa , wanita asal Manado yang jauh lebih muda dari dirinya  dan dikaruniai empat anak . Pernikahan ini tetap bertahan sampai Henk menutup usia di tahun 1991 karena sakit glaukoma yang dideritanya. Kehidupan pasangan ini menjadi sulit dimasa Orde Baru dan seolah dilupakan jasa-jasanya. 

Henk adalah salah satu pelukis terbaik yang dimiliki oleh Indonesia . Deena Burton menyebutkan Henk Ngantung bersama Lee Manfong dan Basuki Abdullah merupakan tiga seniman Jakarta yang paling berpengaruh di dekade 50an. Henk telah membantu mewujudkan permintaan Sukarno untuk memperindah Jakarta dimasanya. 

Dibawah ini kita dapat menyaksikan beberapa dari karya-karyanya dan juga sketsa serta patung hasil karyanya yang berhasil dikumpulkan.














































































































DQ Art Gallery menerima pesanan art painting :
Semua aliran lukisan

Email : danieldq2016@gmail.com


SMS/WA :0818597166




bit.ly/2painting





1 comment: