TRUBUS SUDARSONO PELUKIS TANPA BATU NISAN
Trubus Soedarsono lahir di Wates - Yogyakarta, 23 April 1926. Ia adalah seorang pelukis dan pematung yang belajar secara otodidak. Berasal dari keluarga petani di Kabupaten Wates, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Trubus tidak pernah tamat sekolah dasar, namun demikian Trubus dikemudian hari diangkat menjadi dosen ASRI.
Pada mulanya Trubus bekerja sebagai pemberi makan kuda andong di Yogyakarta, karena nampak berbakat melukis maka Daud Jusuf mendaftarkannya sebagai anggota sanggar SIM (Seniman Indonesia Muda). Trubus yang berbakat terus mengembangkan kemampuan melukisnya dibawah asuhan S.Sudjono, Affandi, Hendra Gunawan. Lukisannya yang menjadi koleksi Presiden Soekarno yang kemudian dibukukan dalam buku koleksi Istana yaitu lukisan "Potret Wanita" dan patung batu berjudul "Gadis dan Kodok"
Namun karena profesi pelukis pada saat itu belum terhargai mahal, ia tetap saja hidup miskin. Sehingga pada ahir tahun 1950-an Trubus bergabung dengan studio seni lukis Tio Tek Djien di Bilangan Cideng Jakarta. Karena potensinya yang bagus, Trubus dihimbau untuk bergabung dengan LEKRA, dengan janji bahwa ia akan difasilitasi seluruh kebutuhan melukisnya dan Trubus menerima tawaran tersebut. Dan ia bahkan sempat menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah- DIY yang mewakili fraksi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Trubus seorang seniman dengan banyak pengalaman, terlibat dalam sejumlah pembuatan patung monumental seperti Patung Selamat Datang di Jakarta yang dirancang oleh Edi Soenarso dan Henk Ngantung. Petualangannya dalam berseninya tidak hanya di Indonesia saja namun juga dikota-kota besar di manca negara, karena Trubus pernah dikirim untuk misi kebudayaan oleh Presiden Soekarno ke sejumlah negara di Eropa.
Trubus mendirikan sanggar dan pusat aktivitas seni di Sleman Yogyakarta, ditempat inilah dia banyak menciptakan karya seni dan memberi ilmu kepada seniman-seniman muda yang berguru kepadanya.
Pasca kudeta Gerakan 30 September 1965, para anggota Lekra diburu oleh lawan politiknya, Trubus dikabarkan hilang, aktivitas berkeseniannya terhenti begitu saja pada September tahun 1966. Hilang dan sampai hari ini keluarganya tidak pernah mengetahui keberadaanya dimana, diduga ia telah wafat. Trubus Soedarsono seorang seniman besar yang kematiannya tanpa ditandai batu nisan.
Pelukis Trubus Soedarsono tidak sama dengan penyair Wiji Tukul, namun ahir dari riwayat hidup mereka sama. Mereka sama-sama menjadi korban prahara politik. Semuanya akibat pertentangan ideologi, mereka pergi dan tak pernah kembali lagi kerumah.
Dibawah ini dapat kita saksikan beberapa karya dari Trubus Soedarsono yang cukup langka dibandingkan seniman-seniman besar seangkatannya.
ari
DQ Art Gallery menerima pesanan art painting :
Email : danieldq2016@gmail.com